Danau Tamblingan, Desa
Munduk, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng - Bali
Dibandingkan
dua danau tetangganya, danau tamblingan hanya memiliki luas permukaan paling
kecil, yakni sekitar 1.15 km². Meski demikian danau ini memilik pemandangan
yang tak kalah indahnya dan masih alami. Keindahan matahari pagi kala baru
terbit semakin menambah pesona danau ini. Anda yang ingin mengelilingi danau
dan melihat seluruh keindahannya bisa menggunakan perahu kecil milik penduduk
yang disebut dengan pedahu. Bentuk pedahu hampir menyerupai sampan dan banyak
digunakan penduduk sekitar untuk menangkap ikan. Tak ada perahu motor di danau
ini karena untuk menjaga kealamian dan kelestarian danau. Hal ini juga yang
menjadi alasan tidak dikembangkannya wisata danau tamblingan sebagai pariwisata
modern.
Nama danau tamblingan berkaitan
dengan sejarah danau ini. Dahulunya danau ini merupakan pemukiman warga yang
tanpa alasan kemudian pindah ke sekitar danau ini Tak tanggung-tanggung, kini
ada 4 desa atau catur desa yang mengelilingi danau tersebut, yakni Desa Munduk,
Gesing, Gobleg, dan Umejero. Namun suatu ketika penduduk catur desa terjangkit
wabah epidemi. Hingga akhirnya, salah seorang yang dianggap sakti dan suci
turun ke danau tamblingan dan mengambil airnya untuk dijadikan obat bagi
masyarakat. Ajaibnya masyarakat pun menjadi sembuh dan catur desa berkewajiban
untuk menjaga kelangsungan dan kesucian air danau tersebut. Hingga akhirnya
danau tersebut diberi nama danau tamblingan yang dalam bahasa bali tamba berati
obat, sedangkan elingan berarti kekuatan spiritual. Cerita asal usul danau
tersebut pun bisa ditemui di Lontar Kutara Kanda Dewa Purana Bangsul.
No comments:
Post a Comment